Kamis, 21 Maret 2019

"PEMBERANTASAN KORUPSI DI NEGERI TERSANGKA?"



oleh : Ozzy Sulaiman Sudiro (Ketua Umum KWRI/Sekjen Majelis Pers)



KORUPSI telah menjadi budaya bodoh orang Indonesia, dari anak SD sampai S3 hingga lulus, kerja dan menjadi pejabat berkuasa, bahkan pengusaha besar ataupun kecil juga ikut korupsi. 



Budaya korupsi memang telah mendarah daging dan akan sulit dihilangkan, kecuali ada rekontruksi negara yang valid dan dapat diterima masyarakat, ketidakadilan inilah yang mengawali budaya korupsi. Hilangnya budaya rasa malu kian hari kian pudar, karena segala kebutuhan hidup para pejabat belum terbayar? 



Bahkan urat malu pun sudah putus oleh syahwat yang begitu rakus, tak peduli rizki hasil haram, asal diam-diam tidak ketahuan. Hanya budaya malu inilah yang mampu memfilter sifat dan karakter bangsa ini, yang semestinya perlu dilestarikan, sebagai pusaka warisan leluhur yang taat dan patuh pada kultur, tradisi peninggalan nenek moyang kita bangsa yang berbudi luhur, bermartabat penuh tafakur. Mungkin tak menyangka atau menduga bahkan tercengang ketika mata dan telinga kita setiap hari disuguhkan oleh media-media :  atas tertangkapnya "Para bedebah" itu.....!!! Seperti sirkus badut penuh lelucon, berakrobat di pasar malam, sebagai pelepas lelah hiburan ahir pekan. 

Ada mantan pejabat yang harap-harap cemas membuat hidup jadi tidak waras, ketar-ketir seperti takut tersambar petir, menggangu istirahatnya tidur di siang bolong. Walau ketika bangun tinggal menikmati sisa kontrak hidup yang sebentar lagi berakhir, selalu terbelenggu dibayangi oleh dosa perbuatan di masa lalu. 



Ada juga yang baru belajar coba-coba korupsi untuk beraksi, namun nahas nasibnya terciduk OTT KPK lagi, sebuah malapetaka bagi keluarga. Lalu mengeluh dijebak alasan politik, dengan tersenyum penuh munafik. Dan masih banyak lagi tabir yang belum terungkap, atau sebaliknya tertutup oleh "Politik-Cinta"yang penuh kasih sebagai bentuk balas budi...? Atau mungkin sama-sama mengetahui rahasia masing-masing pribadi, sebagai alumnus satu perguruan tinggi di "Fakultas-Korupsi". 



Tanpa disadari semua tinggal menghitung hari. Gugur satu tumbuh seribu, semua tinggal menunggu. Kini hanya soal waktu, satu per satu mulai tertuju karena KPK terus memburu, jangan harap sembunyi di balik lugu, tetap tersenyum walau tanpa rasa malu. Kalau saja negara yang subur makmur ini, adil menyirami jasmani anak negeri, para pejabat tidak berkhianat agar tidak terlaknat, dan semua para penegak hukum berkomitmen pada bangsa dan negara terutama pada hatinya, untuk tidak korupsi, setidaknya budaya korupsi mulai ditinggali, karena buat apa lagi? 



Semua sudah tercukupi, lalu untuk apa lagi ada lembaga pemberantasan korupsi, pertanyaannya? Apakah ini semua hanya mimpi atau sebuah harapan semangat anak negeri denga penuh kesadaran untuk mengabdi pada ibu pertiwi, sebelum napas di ujung mati. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TERKINI

Space Available

Jadwal Penerbangan Bandara Juanda Surabaya